Senin, 13 Desember 2010

Siapa yang lebih Pelacur; Antara pelacur di Pinggi Jalan atau yang Berdasi??



Malam sudah beranjak dan pekat,aku masih disini dengan memandang indah sedu sedan laki-laki tanpa kenikmatan itu, Betapa kasihan sekali ratapannya,dengan sorak sorai menggoda perempuan diujung jalan yang bergerombol dengan senyum menantang bak kebinalan bulan yang sedang bersinar.
“mau berapa?” kata seorang lelaki berdasi sok kaya itu..
“Mau berapa Om membayar saya”? Tantang si Binal.  Mmm Bisa berapa gaya? Tanya nya. Maunya gaya apa saja? Tukas si Binal,. Ya sudah ayo jalan! Kata si Om Berdasi. Hmmmm...salah jika beranggapan bahwa pelacur menjadi bulan-bulanan laki-laki..
Mereka tak harus berkaca dengan air mata dan derita..
Karena kita  terbiasa MENYUSU IBU, Sedangkan mereka telah terbiasa MENYUSU AYAH. Taukah kau setiap desah-desah laki-laki tolol itu adalah kenikmatan dalam otak mereka, Lembaran-lembaran rupiah atas upahnya itu adalah pemerasan kenikmatan atas kelelahanmu menjaga hati.. Mereka yang menghamba pada kenikmatannya adalah lebih iblis daripada Lucifer..Mereka yang bersembunyi mengendap dibalik selangkangannya adalah laki-laki penuh nafsu yang mngharap belas kasihanku..Hahahaha mencari nafsu..tapi ingat dia tidak pernah korupsi,kerjanya maksimal diatas ranjang dan dalam setiap jengkal nafsumu, Jika kalian yang mengaku bermoral kutukilah dia,dia tak peduli karna aku tak lebih maksiat dari pejabat tolol yang menjilati tubuhnya penuh nafsu yang mungkin saja membayarnya dengan hasil korupnya..
Dia pelacur mereka juga pelacur, dia maksiat mereka lebih maksiat. Dia hanya berbohong pada Tuhan, mereka berbohong pada Tuhan dan anak istri mereka.
Kalau sudah begini siapa yang lebih PELACUR dan lebih MAKSIAT?
Datanglah kembali demi nafsu dan maksiat mu, aku tak tega melihat ratapan Tuhan yang dibohongi oleh nyanyian-nyayian moral kalian yang setiap harinya, yang akhirnya mengedap-ngedap kesarang pelacur.,uhuk,,uhuk,uhuk atau terbatuk-batuk. Ada nada sumbang yang mengatakan, lebih respect dengan pelacur2 yang bekerja dengan kesadaran resiko yang dicibir oleh public. walaupun demikian mereka telah memuaskan banyak nafsu-nasfu binatang yang yang ingin menyalurkan libido setelah siding/rapat, bahkan dengan tariff yang ditentukan pasar. Tengoklah persaingan bisnis pelacur juga sangat ketat dengan modus Tenaja Kerja. Bagaiman dengan PELACUR yang berkedok MORAL??? Ya sudahlah jangan anggap tulisan ini sebagai dekaden, tapi maknai maksiat dan lindungi diri mu dari godaan-godaan maksiat ber-DASI yang terkutuk. (catatan: seorang pelacur di pinggir Jalan Gang dalam kota yang lebih terhormat dari pada pelacur-pelacur pemakan uang Rakyat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar