Sabtu, 30 April 2011

NII KW 9 Bukan bagian dari Cita-Cita Kartosuwiryo

Maraknya isue Negara Islam Indonesia yang menarik perhatian publik dan kecemasan para orang tua atas doktrinisasi (cuci otak) yang dilakukan oleh kelompok NII terhadap para pelajar dan mahasiswa, bahkan isue ini dikaitakan dengan Gerakan DI/TII yang dibentuk oleh Sekar Madji (SM) Kartosuwiryo. akhirnya mulai terungkap kebenarannya. Hal ini dibantah oleh , Harjono Karto Suwiryo, "kalau berbicara NII harus jelas sambungannya jangan menjenerasilir gerakan NII secara keseluruhan yang awalnya adalah DI/TII bentukan Bapak saya, karena NII yang melanjutkan estafeta Da'wah DI/TII adalah dari KW 1 sampai KW 8, jadi tidak ada KW 9", jelas putra bungsu SM Kartosuwiryo ketika ditemui di Pondok Pesantren Al-Istoqimah Pasirmalang Sukabumi.
Sarjono meyakini bahwa ada rekayasa intelejen dibalik gerakan NII KW 9, mensinyalir bahwa NII KW 9 memang sengaja dipelihara oleh pihak yang memiliki kepentingan, karena masih diperlukan oleh pihak intelejen untuk mencari keuntungan materi. dan untuk menghancurkan cita-cita NII yang sebenarnya. "NII KW 9 adalah bentukan Panji Gumilang, di wilayah yang belum tesentuh oleh NII KW 1-8 yaitu Daerah Jakarta dan sekitarnya termasuk Banten.dan yang membedakan antara KW 1-8 dan KW 9 adalah proses perekrutan dilakukan melalui cuci otak dan infak, kalau di KW 1-8 melakukan Da'wah sebagaimana biasa ada pun infaq itu hanya sebatas kemampuan sesuai dengan ajanran islam yaitu 2,5 dari penghasilan, selain itu yang membedakan adalah NII KW 9 punya pemahaman bahwa berdzikir adalah bagian dari Ibadah jadi tidak perlu sholat, ini sudah keluar dari ajaran Islam.
Berkaitan dengan NII KW 9 memiliki Dana besar seperti yang diberitakan media "itu memang benar bahkan tidak salah, apabila ada kaitan dengan Bank Century, karena Panji Gumilang sangat dekata dengan Rober Tantular. " ungkapnya.
Sarjono Kartosuwiryo hadir di PonPes Al-Istiqomah sebagai Dewan Pakar Liga Muslim Indonesia (LMI) dalam rangka acara Pelantikan dan Rakernas DPP LMI periode 2011-2014. 

Rabu, 27 April 2011

Berperan dalam Sandiwara berjudul "Pemilukada" Hak untuk Tidak memilih

Masih lama bagi masyarakat, namun sebuah waktu sangat sebentar bagi para Politisi. di Kota Sukabumi Jawa Barat akan diadakan perhelatan sandiwara Politik untuk menggibur Rakyat 5 tahun kedepan, kenapa masih lama?? bagi masyarakt yang tiap hari berfikir bagaimana bsa makan adalah sebuah jedah waktu yang sangat lama untuk bertemu dengan Tahun 2013. namun bagi para elit politik menuju 2013 adalah waktu yang sangat sebentar. lewat sandiwara bernama "pemilukada". Terserahlah, meski sebagian orang berfikir acara itu gak signifikan. Gak merubah apapun selain, daftar nama tertentu. Terus terang saya pribadi termasuk yang berfikir seperti itu. Hahaha. Media Lokal di Sukabumi mulai rame dengan hiruk pikuk persaaingan untuk Menuju Balaikota Sukabumi 2013, tidak tanggung-tanggung yang berkuasa sedang enyiapkan kuda-kuda, untuk meneruskan dan ada juga sedang benyiapkan putra mahkota untuk menggantikan posisi di singgah sana Rumah Dinas. terserahlah...hehee

Tapi bagaimanapun, pemilukada adalah 'simbol' dari penentuan kota Sukabumi selama  lima tahun ke depan itu. Mungkin ya, tinggal sebatas simbol saja...Tapi masyarakat kita masih hidup dengan simbol-simbol yang kental. Tak soal, karena itu mungkin budaya kita,apalagi di pentas sandiwara politik, simbol-simbol seringkali lebih produktif, hehehe.

Bagi yang sudah memutuskan pilihannya, saya ucapkan Selamat. Postingan ini mungkin lebih ditujukan buat para sahabat yang berada pada posisi berbeda. Tentu, pilihan untuk tidak memilih, adalah sebuah pilihan juga. Hanya saja, mungkin bisa dipertimbangkan untuk tetap "berperan" pada sandiwara berjudul pemilu ini. Jika pun kita tidak terlalu menyukai peranan ini, untuk tetap menemukan ke 'ada' an kita (maksudnya bahwa kita "ada') di antara masyarakat, kenapa tidak untuk sekedar 'berperan".

Tokh, manusia tidak pernah lepas dari dua dunia itu, "pentas" sandiwara, di mana ia hidup bermasyarakat, dan "belakang-pentas" sandiwara, di mana ia hidup sebagai dirinya sendiri. Di "pentas", setiap manusia akan berperan, ia bertindak berdasarkan alur, tema, dan latar yang disediakan kehidupan bermasyarakatnya, berupa norma dan nilai mungkin. Tapi di "belakang-pentas", ia boleh hidup dengan caranya sendiri. Satu-satunya penonton, mungkin istri atau suami dan jika harus dihitung, dua dengan Tuhan.

Nah, pemilu mungkin bisa menghadirkan keduanya di satu waktu. Di hadapan semua mata yang hadir di TPU, kita adalah 'pemeran' sandiwara di atas pentas, tapi dalam "bilik-suara", kita bisa menjadi diri sendiri, atau berperan pada wilayah "belakang-pentas".Yah, meski hanya untuk sekedar datang, menghitamkan satu jari (hahaha, ini lebih lucu lagi), masuk ke sebuah kamar bernama "bilik suara", dan memberikan suara yang "tidak perlu". Mungkin dengan cara ini, "ketidak-percayaan" itu lebih aktual dan "ekpresif".

Jika menggunakan hak pilih adalah hak, tidak menggunakannya adalah hak juga tentunya. Dan menggunakannya dengan cara kita, tentu juga "hak".Begitupun, untuk tetap di rumah saja, dan mengekspresikan "ketidak-percayaan" itu secara ektrim adalah hak juga. Postingan ini, hanya sebuah tawaran...

Minggu, 24 April 2011

Mereka yang jadi Korban Negara

Perjuangan DI/TII yang dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo (S. M. Kartosuwirjo) terjadi terutama di Jawa Barat dan bagian barat Jawa Tengah. Pada masa pergerakan nasional, Kartosuwirjo merupakan tokoh pergerakan Islam Indonesia yang cukup disegani. Selama pendudukan Jepang, Kartosuwirjo menjadi anggota Masyumi. Bahkan, ia terpilih sebagai Komisaris Jawa Barat merangkap Sekretaris I. Dalam kehidupannya, Kartosuwirjo mempunyai cita - cita untuk mendirikan Negara Islam Indonesia. Untuk mewujudkan cita - citanya, Kartosuwirjo mendirikan sebuah pesantren di Malangbong, Garut, yaitu Pesantren Sufah. Pesantren Sufah selain menjadi tempat menimba ilmu keagamaan juga dijadikan sebagai tempat latihan kemiliteran Hizbullah dan Sabillah. Dengan pengaruhnya, Kartosuwirjo berhasil mengumpulkan banyak pengikut yang kemudian dijadikan sebagai bagian dari pasukan Tentara Islam Indonesia (TII). Dengan demikian, kedudukan Kartosuwirjo semakin kuat.

Sejalan dengan hal itu, pada 1948 Pemerintah RI menandatangani Perjanjian Renville yang mengharuskan pengikut RI mengosongkan wilayah Jawa Barat dan pindah ke Jawa Tengah. Hal ini dianggap Kartosuwirjo sebagai bentuk pengkhianatan Pemerintah RI terhadap perjuangan rakyat Jawa Barat. Bersama kurang lebih 2000 pengikutnya yang terdiri atas laskar Hizbullah dan Sabilillah, Kartosuwirjo menolak hijrah dan mulai merintis usaha mendirikan Negara Islam Indonesia (NII). Proklamasi NII sendiri baru dilaksanakan pada 7 Agustus 1949.

Pemerintah RI berusaha menyelesaikan persoalan ini dengan cara damai. Pemerintah membentuk sebuah komite yang dipimpin oleh Natsir (Ketua Masyumi). Namun, komite ini tidak berhasil merangkul kembali Kartosuwirjo ke pangkuan RI. Oleh karena itu, pada 27 Agustus 1949, pemerintah secara resmi melakukan operasi penumpasan gerombolan DI/TII yang disebut dengan Operasi Baratayudha.
Proklamasi NII

PROKLAMASI
Berdirinja NEGARA ISLAM INDONESIA

Bismillahirrahmanirrahim Asjhadoe anla ilaha illallah wa asjhadoe anna Moehammadar Rasoeloellah
Kami, Oemmat Islam Bangsa Indonesia MENJATAKAN:
Berdirinja ,,NEGARA ISLAM INDONESIA"
Maka hoekoem jang berlakoe atas Negara Islam Indonesia itoe, ialah: HOEKOEM ISLAM
Allahoe Akbar! Allahoe Akbar! Allahoe Akbar!

Atas nama Oemmat Islam Bangsa Indonesia
Imam NEGARA ISLAM INDONESIA
Ttd
(S M KARTOSOEWIRJO)
MADINAH-INDONESIA, 12 Sjawal 1368 / 7 Agoestoes 1949

Gerakan DI/TII Daud Beureuh

Perjuangan DI/TII di Aceh dimulai dengan "Proklamasi" Daud Beureueh bahwa Aceh merupakan bagian "Negara Islam Indonesia" di bawah pimpinan Imam Kartosuwirjo pada tanggal 20 September 1953.

Daued Beureueh pernah memegang jabatan sebagai "Gubernur Militer Daerah Istimewa Aceh" sewaktu agresi militer pertama Belanda pada pertengahan tahun 1947. Sebagai Gubernur Militer ia berkuasa penuh atas pertahanan daerah Aceh dan menguasai seluruh aparat pemerintahan baik sipil maupun militer. Sebagai seorang tokoh ulama dan bekas Gubernur Militer, Daud Beureuh tidak sulit memperoleh pengikut. Daud Beureuh juga berhasil mempengaruhi pejabat-pejabat Pemerintah Aceh, khususnya di daerah Pidie. Untuk beberapa waktu lamanya Daud Beureuh dan pengikut-pengikutnya dapat mengusai sebagian besar daerah Aceh termasuk sejumlah kota.

Sesudah bantuan datang dari Sumatera Utara dan Sumatera Tengah, operasi pemulihan keamanan TNI segera dimulai. Setelah didesak dari kota-kota besar, Daud Beureuh meneruskan perlawanannya di hutan-hutan. Penyelesaian terakhir Pemberontakan Daud Beureuh ini dilakukan dengan suatu " Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh" pada bulan Desember 1962 atas prakarsa Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kolonel M. Jassin.
***
Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah partai politik di Indonesia yang berideologi komunis. Dalam sejarahnya, PKI pernah berusaha melakukan pemberontakan melawan pemerintah kolonial Belanda pada 1926, mendalangi pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948 dan dicap oleh rezim Orde Baru ikut mendalangi insiden G30S pada tahun 1965. Namun tuduhan dalang PKI dalam pemberontakan tahun 1965 tidak pernah terbukti secara tuntas, dan masih dipertanyakan seberapa jauh kebenaran tuduhan bahwa pemberontakan itu didalangi PKI. Sumber luar memberikan fakta lain bahwa PKI tahun 1965 tidak terlibat, melainkan didalangi oleh Soeharto (dan CIA). Hal ini masih diperdebatkan oleh golongan liberal, mantan anggota PKI dan beberapa orang yang lolos dari pembantaian anti PKI. Setidaknya lebih dari lima teori berusaha mengungkap kejadian tersebut. Namun teori-teori yang terkadang saling berlawanan menjadikanya diskusi besar sampai hari ini.

Bangkit kembali

Pada 1950, PKI memulai kembali kegiatan penerbitannya, dengan organ-organ utamanya yaitu Harian Rakjat dan Bintang Merah. Pada 1950-an, PKI mengambil posisi sebagai partai nasionalis di bawah pimpinan D.N. Aidit, dan mendukung kebijakan-kebijakan anti kolonialis dan anti Barat yang diambil oleh Presiden Soekarno. Aidit dan kelompok di sekitarnya, termasuk pemimpin-pemimpin muda seperti Sudisman, Lukman, Njoto dan Sakirman, menguasai pimpinan partai pada 1951. Pada saat itu, tak satupun di antara mereka yang berusia lebih dari 30 tahun. Di bawah Aidit, PKI berkembang dengan sangat cepat, dari sekitar 3.000-5.000 anggota pada 1950, menjadi 165 000 pada 1954 dan bahkan 1,5 juta pada 1959 [4]

Pada Agustus 1951, PKI memimpin serangkaian pemogokan militan, yang diikuti oleh tindakan-tindakan tegas terhadap PKI di Medan dan Jakarta. Akibatnya, para pemimpin PKI kembali bergerak di bawah tanah untuk sementara waktu.
Sebuah upaya rekonsiliasi dan rehabilitasi yang diprakarsai oleh (mantan) presiden Gus Dur, ketika ia masih menjabat sebagai presiden diprotes beberapa partai, terutama yang berlatar belakang agama di Indonesia. Usul rekonsiliasi oleh Gus Dur telah membuka kesempatan bagi orang-orang yang masih percaya pada ideologi berhaluan kiri untuk kembali aktif dalam politik Indonesia, yaitu memiliki hak untuk memilih. Sesuatu hal yang tak didapatkan pada era Soeharto. (dari berbagai Sumber)

Rabu, 06 April 2011

DEMO SAJA KE PABRIK NYA (Hendri Slamet komisi II DPRD Kota Sukabumi)


(Forum Aktivis Sukabumi untuk Rakyat- FRAKSI RAKYAT)

P E R N Y A T A A N   S I K A P
Nomor: 08/PS-FR/IV/2011

Keputusan DPRD Kota Sukabumi Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Program Legislasi Daerah Kota Sukabumi tahun 2011. Judul  Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) poin 2 (Dua) ” Retribusi  izin Tempat penjualan Minuman Beralkohol”  yang diprakarsai DPRD Kota sukabumi. Hal ini akan membayakan dan dapat menjerumuskan umat dan bertentangan dengan Visi Kota Paradigma Surgawi. program Raperda tersebut perlu dibatalkan atas dasar pertimbangan kondisi riil dan moral masyarakat sukabumi karena dapat membahayakan umat manusia
Walaupun nantinya rancangan tersebut diolah serapih mungkin, baik jenis minuman maupun tempat penjualan dan syarat-syarat usia. Tapi tidak akan ada jaminan mengenai hal itu. Karena  realitas yang ada saat ini belum adanya aturan pun penujualan minuman beralkohol sudah marak dimana-mana, Dan ada indikasi pihak DPRD memprakarsai Peraturan tersebut karena pesanan pengusaha minuman haram dan distributor/penjual minuman tersebut.
Kondisi  riil kota Sukabumi
Kehidupan malam Kota sukabumi sudah menjadi tradisi yang tidak bisa ditangani oleh Pemerintah, kehidupan ini sudah merambah ke anak di bawah umur. Para remaja dibawah umur ini sudah menjadi bagian terpenting kehidupan malam di kota sukabumi. (lihat: tempat hiburan Malam di Kota Sukabumi), kriminalisasi kelompok pelajar selama ini adalah dampak dari  minuman beralkohol, karena barang  tersebut sangat gampang untuk di dapatkan oleh siapaun tanpa pandang usia. Maka kami menuntut untuk DIBATALKAN PROGRAM LEGISLASI DPRD Kota Sukabumi point 2“Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol”
Sukabumi 06 april 2011


Selpi Setiadi


Rozak Daud
Koordinator Lapangan

KRONOLOGIS AKSI:
START DEPAN KAMPUS UMMI, Pkl 10.15 Wib
SASARAN AKSI KANTOR DPRD KOTA SUKABUMI
Di Terima Oleh
1.       Wakil Ketua DPRD Kota Sukabumi Ahmad Fahmi (PKS)
2.       Muniri (PAN) Komisi II
3.       Hendri Slamet (DEMOKRAT) Komisi II
Para massa aksi melakukan Orasi bergantian, untuk menuntut penolakan “Program Legislagi DPRD Kota Sukabumi Tahun 2011 point 2 dengan judul Retribusi Izin Tempat minuman beralkohol”.
Tanggapan dari DPRD:
Ø  Ahmad Fahmi: Tuntutan dari para massa Aksi FRAKSI RAKYAT mengenai point Izin retribusi tempat penjualan minuman beralkohol, sampai saat ini masih baru judul yang diajukan belum menjadi draft. Adapun masalh draft perlu ada kajian secara akademik dan dalam penysusnanpun akan dilibatkan keterwakilan dari masyarakt masyarakat (ORMAS, Mahasiswa, Perguruan Tinggi). Karena masih dalam bentuk judul maka masih ada kemungkinan untuk dirubah tergantung perkembangan atau tuntutan dari para pemangku kepentingan termasuk dari Mahasiswa. Dan akan menjadi bahan pertimbangn untuk dikaji ulang
Ø  Hendri Slamet: Pada prinsipnya PERDA mengenai retribusi tempat penjualan minuman beralkohol sudah ada dan telah disusun oleh Anggota DPRD periode yang lalu. Untuk judul yang berkaitan hanya ingin menyesuaikan dengan UU yang baru. Karena masalh minuman peraturan dari Pusat sudah ada. KALAUPUN MAU AGAR MINUMAN BERALKOHOL TIDAK DIPERJUALBELIKAN DI KOTA SUKABUMI, MAKA DIPERSILAHKAN KEPADA MAHASISWA UNTUK MELAKUKAN AKSI DEMONSTRASI LANGSUNG KE PABRIKNYA DI TANGERANG AGAR DITUTUP.
Atas pernyataan yang disampaikan oleh Hendri Slamet tersebut, para massa aksi merasa kecewa  dan lansung mengambil kembali Megaphone dari Hendri Slamet dan langsung membubarkan diri.
Juru Bicara Fraksi Rakyat


Senin, 04 April 2011

BEM Sebagai Alat Perjuangan Demokratisasi Kampus dan Kepentingan Mahasiswa

Kabar Rakyat
Oleh : Bondan
Sabtu (2/4), seratusan mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Kupang memenuhi aula kampus tersebut. Mereka adalah utusan dari berbagai jurusan dan program studi yang menghadiri pelantikan pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Bedan Legislatif Mahasiswa (BLM) Politani Negeri Kupang. Pelantikan Pengurus BEM adalah peristiwa biasa. Tetapi yang terjadi di Politani Kupang hari itu tidak biasa. Antusiasme tampaknya menjadi tepat untuk menggambarkan suasana batin para peserta yang dengan mudah dapat dirasakan oleh setiap yang hadir.

“Politik kampus selama kami ini, seperti yang terjadi di setiap kampus di Kota Kupang, hanya diwarnai dengan persoalan persaingan mahasiswa berlatar belakang perbedaan etnis dan agama. Sejak hari ini, seluruh mahasiwa Politani Kupang akan meninggalkan semuanya dan BEM-BLM serta kehidupan kemahasiswaan akan memasuki suatu era baru,” kata Ketua BLM terpilih, Apolonarius Kappo, dalam orasi penyambutan pelantikannya.

Kappo menjelaskan, era baru yang dimaksudkannya sebagai “BEM dan BLM haruslah dipandang sebagai alat politik legal mahasiswa dalam memperjuangkan kepentingannya dihadapan birokrasi kampus dan negara. “BEM dan BLM harus dimanfaatkan sebagai alat perjuangan bagi setiap mahasiswa di kampus ini untuk memperjuangkan demokrasi sejati di kampus, dan sekaligus sebagai alat latih memperjuangkan demokrasi sejati dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.”

Hari ini, kata Kappo, berbekal kepercayaan diri dari kemenangan perjuangan mahasiswa Desember 2010 lalu, kita memulai sebuah proyek besar, proyek pembangunan fondasi bagi demokrasi sejati di Kampus Politani Kupang.

Pembantu Direktur 3 Bidang Kemahasiswaan, Andi Takalapeta, M.Si. menyatakan dalam kata sambutannya bahwa roh perjuangan mahasiswa Politani mulai tumbuh sejak perjuangan menuntut demokratisasi, transparansi, dan keadilan di kampus tersebut pada Desember 2010 lalu.

Perjuangan itu memiliki makna penting bagi kesadaran mahasiswa ketika akhirnya tercapai kesepakatan tertulis dengan pihak rektorat terkait sejumlah tuntutan mahasiswa, seperti transparansi penyaluran beasiswa. Andi Takalapeta berpesan agar apa yang telah dilakukan dapat terus dipertahankan hingga menjadi tradisi bagi mahasiswa Politani, agar kelak cita-cita demokrasi sejati dan kampus yang ilmiah sebagaimana disampaikan Ketua BEM dan BLM terpilih dapat terwujud.

Berawal dari perjuangan Desember 2010

Semangat dan cita-cita besar demokratisasi kampus yang tampak dalam acara pelantikan Pengurus BEM dan BLM Politeknik Negeri Pertanian Kupang ini merupakan dampak dari perjuangan mahasiswa pada Desember 2010. Ketika itu, sejumlah aktivis mahasiswa Politani Kupang mengorganisasikan massa mahasiswa Politani untuk memperjuangkan apa yang menjadi keresahan mereka di lingkungan kampus. Dari serangkaian diskusi dengan massa mahasiswa, terdapat begitu banyak keresahan yang ditemukan.

Karena sebelumnya para mahasiswa Politani Kupang tidak pernah terlibat di dalam perjuangan mahasiswa, baik di dalam kampus terkait kepentingannya maupun di luar kampus sebagai solidaritas atas persoalan rakyat umum, para aktivis mahasiswa yang menjadi pelopor gerakan memilih memfokuskan diri pada keresahan yang paling mungkin untuk diperjuangkan dan dimenangkan. Salah satunya adalah persoalan transparansi dan ketidakadilan dalam penyaluran beasiswa. BEM dan BLM digunakan sebagai wadah bagi perjuangan tersebut.

Rangkaian perjuangan itu akhirnya memberikan hasil ketika unjukrasa 200 mahasiswa Politani (6/12/2010) berhasil mendesak pihak rektorat untuk menyetujui tuntutan mahasiswa dan menandatangani perjanjian.

Sejak saat itu, aktivitas diskusi di kalangan mahasiswa Politani, di dalam kampus dan di kos-kosan semakin sering dilakukan dan melibatkan semakin banyak mahasiswa. Perhatian mereka pada kehidupan kampus mulai tumbuh. Demikian pula kepedulian pada persoalan rakyat. Ketika Presiden Yudhoyono datang ke Kupang, puluhan mahasiswa Politani Negeri Kupang–untuk pertama kalinya–bersatu dalam barisan bersama rakyat dan mahasiwa kampus lain, mengkritisi presiden neoliberal itu.

Antusiasme mahasiwa pada kehidupan kampus sangat tampak pada Rapat Umum Anggota untuk memilih Pengurus BEM dan BLM Politani, 26 Februari 2011 lalu. Menurut Ketua Panitia RUA, Ferdi K.L Djawa, RUA tersebut sama sekali berbeda dari semua pelaksanaan RUA pada masa lalu.

“Dahulu RUA selalu diwarnai dengan perkelahian antar mahasiswa dari kelompok-kelompok etnis yang berbeda. Saat itu, satu-satunya semangat peserta RUA adalah memenangkan kandidatnya. Dalam RUA terakhir ini, para perwakilan mahasiwa begitu bersemangat membicarakan apa yang seharusnya dilakukan dengan BEM dan BLM untuk memperjuangkan terwujudnya demokrasi kampus dan terakomodasinya kepentingan mahasiswa. Anehnya, untuk pertama kalinya pemilihan badan ad hoc, pengurus BEM dan pengurus BLM melalui aklamasi,” tuturnya dengan bersemangat.

RUA tersebut memilih para pemimpin perjuangan Desember sebagai pengurus BLM dan BEM. Apolonarius Kappo sebagai Ketua BLM dan Alfian Syukur sebagai ketua BEM. Selain jabatan barunya ini, selama ini Kappo juga Ketua Eksekutif Komisariat Politani Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND). Demikian pula Syukur, adalah seorang anggota aktif LMND.

Terkait dipercayakannya para anggota LMND menjadi Pengurus BEM dan BLM Politani, Ketua LMND Eksekutif Kota Kupang Julius Kasimo menyampaikan terimakasih kepada para anggota LMND Politani yang telah menjalankan amanat Kongres V LMND untuk menata kembali kehidupan kampus yang ilmiah dan demokratis. Kasimo juga menyampaikan selamat pada segenap mahasiswa politani yang berjuang merebut kedaulatan mahasiswa dalam kampus. Menurut Kasimo, apa yang telah diraih mahasiswa Politani sekarang ini merupakan peluang untuk semakin memajukan demokratisasi dan kehidupan ilmiah sejati di dalam kampus.

*) Koordinator Departemen Koran dan Bacaan LMND Eksekutif Komisariat Politeknik Pertanian Negeri Kupang dan sekaligus Kontributor Berdikarionline
http://berdikarionline.com/kabar-rakyat/20110403/bem-sebagai-alat-perjuangan-demokratisasi-kampus-dan-kepentingan-mahasiswa.html

Minggu, 03 April 2011

KISAH SEORANG TIRAN


Sebuah Catatan dari bilik Istana Rakyat (bagian 2)
KISAH SEORANG TIRAN
KETIKA baru menduduki kursi kekuasaan, semangat Idealisme masih menggelora dan Ayat-ayat Tuhan masih menjadi argumentasi dalam setiap diplomasi karena di dukung oleh Partai Politik yang menggunakan simbol-simbol agama.
Tokoh kita ini penampilannya amat bersaja sejak menjadi pejabat public sebelum menjadi orang nomor 1 di Daerahnya sehingga warisan dari Pimpinan dialah yang akan menjadi “Putra Mahkota” ketika “sang Raja Turun Tahta” pada saat itu. Ia  seorang Muslim yang  taat dilihat dari sudut pelaksanaan syariat dia adalah Muslim sejati
“saya pernah membenci orang2 yang datang menunjukan bagaimana meraih kekayaan, baik dari staf, teman2  terdekat maupun keluarga, mereka berusaha membius dengan membisikan “Pak kesempatan tidak akan selalu terbuka, gunakan jabatan bapak sekarang dengan baik mumpung tanda Tangan bapak masih laku, karena periode yang akan datang bapak tidak bisa mencalonkan lagi karena bertentangan dengan aturan”.
Mungkin cukup lambat  tetapi pasti hembusan memperkaya diri itu semakin menusuk dalam hati. Pintu-pintu kolaborasi mulai terkuak dengan ide2  brilian mulai ditetapkan. Kesibukan Dinas saya tidak begitu tersaingi karena ada putra terbaik saya yang memainkan peran di Legislatif  yang akan mem bac up setiap perizinan mulai dari proyek terkecil samapai proyek raksasa dan dikerjakan melalui Tim Konsultan yang menjadi kepercayaan saya. Pintu-pintu memang terbuka dengan lebar bagi para pembawa angin surga, namun timbul juga bermacam rintangan antara lain lawan politik partai pengusung saya di Legislatif atau para kritikus lainnya. Disini saya mendapat pelajarn penting bahwa “manusia licin selain harus mampu “Tambah, kurang dan kali” tetapi harus tahu bagaimana cara mebagi”
Melalui  kebijakan, saya mulai memainkan peran sebagai sutradara, sehingga tidak satu proyek sekecil apapun yang tidak bisa lewat dari kerja Tim Konsultan saya.  bagaimana mengambil alih Tanah rakyat dan diganti rugi serendah-rendahnya, kemudian dijual kepada investor dengan harga semahal-mahalnya dan tiap tahun perusahaan harus membayar utang budi diluar pajak, terserah apa itu namanya, dengan tanda Tangan sakti, lahan-lahan perkebunan yang sudah habis masa HGU nya walaupun menurut aturan pertanahan tidak tepat yang  terpenting adalah keuntungan secara materi, biarkan petani penggarap disingkirkan bila perlu ditangkap kalau tetap melawan.
Setelah berkuasa dalam dua  masa jabatan, kini saya kembali menjadi anggota masyarakat biasa. Tidak punya jabatan apa2 lagi. Walaupun saya kini sudah kaya raya, rumah saya sepi, tamu-tamu begitu sabar menunggu setiap saat tidak mengenal waktu kini tidak ada lagi. Teman2 yang begitu akrab dan bersahabat kini Cuma sekedar berhalo jika sekali  kebetulan berpapasan.
Hati saya begitu kosong, kekayaan saya kalau dihitung tidak akan habis Tujuh Puluh turunan, rupanya sia-sia untuk mengisi kekosoangan jiwa. Istri saya pun tidak bisa mengeluarkan kata2 dari mulutnya kecuali keluhan dan tangisan . ditengah tumpukan harta benda  istri saya pun kini menjadi gudang menyimpan rupa-rupa penyakit yang tak tersembuhkan.
Satu- satunya sebab kenapa saya tidak membunuh diri, adalah karena di dada ini  masih tersisa sedikit  apa yang orang sebut:  IMAN.