Minggu, 30 Januari 2011

Menggugat kembali semangat Perjuangan dan perlawanan Rakyat

Rozak Daud Hobamatan *
“Dididik Kaum Muda dengan Perjuangan
Didik Penguasa dengan Perlawanan” tingkat kesucian yg pling mulia adalah yang lemah bediri tegak tanpa ragu sedikitpun di hadapan yg kuat.....
Selama ini negara hanya memberi ruang orang kaya dan orang miskin selalu ditelantarkan dalam segala hal. Baik masalah kebijakan publik, pendidikan, hukum, politik, agama dan sosial. Mereka tidak pernah diberi ruang gerak sosial. Kemiskinan memang memiliki implikasi sangat mengerikan. Seseorang bisa kehilangan kebebasan, karena struktur kemiskinan dengan jelas membatasi gerak seseorang melakukan seluruh tindakannya. Berbagai kondisi kemiskinan di Indonesia yang terjadi seperti malapetaka kelaparan, kekurangan pangan, pengangguran, bencana, penggusuran tanah, tiada ada kebebasan sipil, mahalnya pelayanan publik, pendidikan mahal, itu semua adalah bentuk-bentuk kemiskinan yang menciptakan penderitaan rakyat Indonesia. Dengan kata lain, orang menjadi miskin bukan akibat kurangnya kemampuan yang ada pada dirinya, melainkan kurangnya kesempatan, sehingga ia menjadi miskin. Setelah runtuhnya rezim ORBA, Rakyat mendapat angin kebebasan untuk menyuarakan kemiskinan dan anti penindasan oleh kelompok muda.
Tulisan ini ingin membongkar nalar masyarakat khususnya kelompok Muda. Selama ini, pemerintah hanya memberi ruang kepada orang kaya dan orang miskin selalu ditelantarkan dalam segala hal. Baik masalah kebijakan publik, pendidikan, kesehatan hukum, politik, agama dan sosial. Mereka tidak pernah diberi ruang gerak sosial.
Penindasan ini juga diprakarsai pemerintah, kelompok pemodal, militer, agamawan dan birokrat yang menopang segala bentuk pemiskinan yang sengaja memiskinan secara struktural. Ketimpangan ekonomi yang diakibatkan kelompok masyarakat termarginalkan dari masyarakat yang mapan. Akibat kemiskinan inilah, dampak yang sangat kentara kriminal banyak mewarnai wajah media massa, dan elektronik.Dengan mudahnya ia membunuh orang, anaknya sendiri dan keluarga. Di samping itu, para koruptor merasa senang dengan kejahatan korupsinya, walaupun diekspos di media massa yang jelas sekali membuat rakyat miskin dan merugikan negara. Dari kenyataan inilah, orang kaya banyak membikin ulah merongrong negara beserta para bandit negara. Segala bentuk kerakusan dan keculasan dilakukan demi untuk kekayaan pribadi, yang notabene sering mengatasnamakan rakyat. Penindasan ini terus-menerus dilakukan dengan bentuk bisnis para birokrat, kaum pemodal dan agamawan dengan pengesahan ayat-ayat Tuhan. situasi politik yang tidak menentu ini, juga berakibat resesi ekonomi berkepanjangan dan dampaknya kemiskinan merajalela akibatnya tidak ada lapangan kerja. Penganguran berjumlah banyak, bahwa koruptor dan para bandit negaralah yang menodai terjadinya kemiskinan di negara Indonesia. Akhirnya pilihan ada di tangan Rakyat, LAWAN SEKARANG atau TERTINDAS SELAMANYA.
Cerita Pinggir Jalan…..
Setiap hari terlihat lalulalang anak-anak usia sekolah dan ibu-ibu diemperan toko, lampu merah bahkan didepan rumah Tuhan, paras muka mereka yang pucat serta pakaian yang kusut sangat menyakitkan. Tingkah laku mereka ini hanya membutuhkn sesuap nasi untuk bertahan hidup, karena mereka tahu Tuhan penyayang umatnya. Nasib anak-anak itu seharusnya berada dibangku sekolah, tetapi biaya pendidikan yang membuat mereka harus berbuat begitu. Begitu juga ibu tua yang setiap hari menggendong anaknya dipinggir jalan, tiap hari si ibu menghadapi persoalan yang sangat rumit mulai dari makan hari ini dan baju anaknya yang harus diganti.
Kemiskinan yang menyelimuti diri mereka sangat  kontra dengan perilaku dan gaya hidup orang-orang disekeliling mereka, padahal disamping kontrakan ibu tadi terdapat bangunan megah dengan fasilitas mobil mewah yang lebih dari satu dipampang di depan garasi.  Kekayaan dijadikan sebagian orang menjadi banyolan ditengan jeritan kemiskinan, yang lebih menyakitkan lagi para pejabat negara yang meminta kenaikan gaji dan fasilitas lainnya.
Negeri yang sombong dengan mayoritas masyarakat muslim ini akan marah besar dengan persoalan poligami dan penampilan para biduan dangdut tetapi tidak gampang marah dengan melihat pemimpinnya yang mengaku muslim tapi melakukan tindakan korupsi. Gerakan keagamaan hanya rajin mengeluarkan fatwa tapi hanya diam melihat koruptor bebas dari hukuman, tingginya harga bahan pokok, biaya BBM dan tarif dasar listrik yang mencekik leher, pendidikan yang mahal, biaya kesehatan yang tidak terjangkau.
Yang lebih murkah beramai-ramai naik haji dengan biaya negara, seolah-olah berkunjung kerumah Tuhan lebih mulia daripada anggarannya dialihkan pada pengentasan kemiskinan.  Dibalik itu yang lebih mencemaskan adalah para ulama yang hanya diam melihat ketimpangan itu semua,  tetapi gampang tersinggung pada masalah pornografi, poligami dengan berbagai fatwa atas nama Tuhan. Iman  tidak tersinggung dengan kemiskinan, gerakan keagamaan tidak cemas dengan keretgantungan negara pada utang luar negeri bahkan tidak marah dengan aset negara yang dijual kepada pihak asing.  Iman terus menerus disuarakan namun tidak menyentuh kepada struktur kehidupan yang lebih manusiawi,
Mungkin ada baiknya atau seharusnya kaum agamawan belajar lagi tentang Revolusi Islam Iran (Imam  Khomaeni) atau paling tidak belajar ulang tentang sejarah perjuangan H.Samanhudi dengan gerakan Serikat Dagang Islam. karena itulah membuat kita tercerahkan tentang makna sebuah keadilan dan kemanusiaan. Islam tumbuh dengan pengorbanan kesyahidan para putra-putri tercinta (Imam khomaeni), saya kira Indonesia juga merdeka dengan darah para anak bangsa.
Imam khomaeni dengan prinsip  'Kehormatan di hadapan Allah atau kehinaan yang abadi'. kritiknya kepada Ulama yang memisahkan diri dengan masalah social,  bagi mereka yang menganggap Islam memisahkan diri dari pemerintah dan politik harus harus dikatakan pada orang-orang itu bahwa;  Qur'an suci dan sunnah nabi banyak mengandung pemerintah dan politik.  Ia memberikan  definisi tentang Ulama:  Ulama adalah mereka yang menentang dengan kesewenag-wenang, serta dengan ummat lainnya mendidik,mengontrol,mereformasi berbagai kepala negara yang telah dibeli oleh musuh dan membangunkan mereka dengan nasehat atau ancaman dari ketertiduran nyenyak yang mengakibatkan kehancuran mereka maupun kepentingan masyarakatt”.
Di negeri ini penguasa menjanjikan kemakmuran rakyat, akan menegakkan kembali kedaulatan rakyat.  pendek kata seperti tukang obat disetiap kampanye untuk menjadikan rakyat yang lebih makmur dan demokratis, bau korupsi yang menyengat dan perselingkuhan politik, kemiskinan, penyikasaan terhadap TKW oleh majikannya hanya dijadikan bahan diskusi.  Lebih tidak patut lagi tiap hari tenaga dan keringat kita  digadaikan kepada para pemilik modal asing (kaum kapitalis) yang telah merenggut kekayaan bangsa ini, saya ingat dengan pesan Imam Ali dalam Nahj Balagha 'tak ada kaum yang bangkit ketingkat kesucian yang paling tinggi kecuali si lemah berdiri tegak tanpa ragu dihadapan penguasa”. kehormatan yang saat ini terkoyak-koyak dan bangsa kita dalam keadaan terpuruk. Rakyat  harus rebut kembali kehormatan dan martabatnya sebagai pemegang kedaulatan tertinggi.
Sebagai bangsa yang mayoritas muslim tetapi nomor wahid tingkat korupsi  nomor buncit dalam sumber daya manusia. rasanya masih ingat dan segar dalam ingatan kita sejak Mei '98 ratusan ribu kaum muda seluruh indonesia tumpah ke jalanan dengan meneriakan slogan  Reformasi, kini menjadi mendesak melakukan refleksi atas kejadian ini. dengan proses ini kita memahami masa depan bangsa ini. melalui gerakan moral, gerakan intelektual untuk merumuskan visi bangsa yang memiliki arti penting yang lebih menyentuh akar-akar persoalan bangsa dari ketidak adilan negri ini dan dikawal dengan pegorganisasian gerakan. Penulis adalah penggiat FRAKSI RAKYAT (Forum Aktivis Sukabumi untuk Rakyat)
Tulisan sempat dimuat di www.onlineberita.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar